• komunikasi.umm.ac.id.

Membanggakan, Alumni Komunikasi UMM Ini Juarai Kompetisi Penyiar Tingkat Asia-Pasifik

Rabu, 23 Oktober 2024 10:33 WIB

Esty Sulistya saat menerima penghargaan yang diserahkan Sekjen ABU- Ahmed Nadeem, di Istanbul Turkiye, (22/10/2024).

Satu lagi, alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) unjuk gigi di level internasional. Esty Sulistya, lulusan terbaik tahun 2000  berhasil meraih Juara 1 di ajang Asia-Pacific Broadcast Union (ABU) Prizes 2024. Dalam kompetisi internasional itu Esty berhasil menyingkirkan peserta dari 65 negara, 5 benua, dan 342 karya.

Esty memiliki nama asli Etik Sulistyaningsih. Nama Esty lebih populer semenjak dia terjun ke dunia broadcasting dan bergabung dengan RRI. Bakat dan kepiawaian Esty mengantarkannya dinobatkan sebagai Juara 1 kategori Radio On Air Personality. Dia diundang dan menerima penghargaan pada Malam Penganugerahan Penghargaan ABU Prizes 2024 di Hotel Hilton Bosphorus Istanbul Turkiye, Selasa (22/10/2024).

Saat masih kuliah, tepatnya masuk tahun 1999 Esty sudah mulai bekerja sebagai penyiar di Radio Andalus FM, lalu di Radio Citra Pro3 Malang News Channel. Profesi itu dilanjutkan hingga lulus tahun 2000.

Pada tahun 2016 dia menerima penghargaan Lulusan Terbaik 1 Diklat Presenter Unggulan Angkatan 1 RRI. Alhasil, mulai Desember 2016  dia ditugaskan sebagai presenter di Pro3 RRI Pusat Pemberitaan di Jakarta secara periodik.

Saat ini Esty juga menjadi Asesor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) RRI, dan dosen praktisi mata kuliah Penyiaran dan Public Speaking di beberapa universitas. Termasuk menjadi Dosen Luar Biasa Prodi Bahasa Indonesia FKIP UMM.

Ketika masih berstatus sebagai mahasiswa Komunikasi UMM, Esty aktif di berbagai kegiatan seperti Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP, dan JUFOC. Dirinya juga merupakan peraih juara pertama Mahasiswa Berprestasi UMM tahun 1998.

Esty mengakui kuliah di Ilmu Komunikasi itu keren. “Dulu masih belum banyak Prodi Komunikasi di Malang. Kuliah selalu seru, jadi mahasiswa aktif banyak kegiatan untuk asah kemampuan organisasi. Saat itu turut jadi bagian sekaligus saksi sejarah masa reformasi,” kata istri dosen Komunikasi UMM, Sugeng Winarno ini.

Kisah capaian puncak prestasi Esty sungguh menarik. Perempuan yang sudah 25 tahun menekuni profesi sebagai presenter dan reporter radio ini harus melalui tiga tahap penjurian untuk seleksi di level nasional, sebelum terpilih mewakili Indonesia.

"Saya harus bersaing dengan perwakilan dari 69 RRI di Indonesia untuk masuk menjadi lima terbaik. Selanjutnya dipilih tiga terbaik untuk mendapatkan pembekalan, produksi baru, dan revisi. Baru kemudian terpilih untuk mewakili Indonesia," tutur Esty.

Dijelaskannya, seleksi tingkat nasional terbagi dalam seleksi tahap 1, tahap 2, dan tahap 3 untuk mewakili Indonesia. Tahun ini Esty berkesempatan mewakili Voice of Indonesia (VOI) saluran siaran luar negeri RRI.

Sementara penjurian di level internasional, tahun 2024, 60 juri pra seleksi memiliki kesempatan dan tantangan untuk menyeleksi 342 karya yang diajukan peserta dari 65 negara. Penjurian Akhir ABU Prizes 2024 berlangsung di Kuala Lumpur dari 10-12 September 2024 lalu.

“Ada 18 juri dari negara-negara anggota ABU menilai 60 karya peserta yang masuk finalis di semua kategori, Alhamdulillah saya menang di kategori Radio On Air Personality,” imbuh Esty.

Esty Sulistya foto bersama President ABU (Prof Mehmet Zahid Sobaci, dua dari kiri), Sekretaris Jenderal ABU (Ahmed Nadeem, ketiga dari kiri), dan pemenang lain dari beberapa negara.

Presiden ABU, Mehmet Zahid Sobaci, dalam sambutan malam penghargaan menyatakan bahwa peserta ABU Prizes tahun 2024 mengalami peningkatan dari sisi jumlah maupun kualitas program yang dihasilkan.

“Tahun ini jumlah peserta bertambah, kualitas produksi peserta juga luar biasa. Jadi juri harus melakukan penilaian sangat ketat untuk memilih pemenangnya,” kata Zahid.

Kategori yang Esty menangi memperlombakan kemampuan dalam penyiaran. Mulai dari kemampuan menggali dan mengolah pesan hingga kemampuan menyampaikan pesan.

“Ada 5 kriteria penilaian juri kategori ini, yakni kreativitas, kedalaman pengetahuan presenter, kemampuan untuk terhubung dengan pendengar, kualitas suara dan pemahaman editorial seorang presenter,” terang Esty.

Karyanya berjudul “Melodies for Indonesian Children” atau Melodi Untuk Anak Indonesia, menyoroti krisis lagu anak di Indonesia dalam dua dekade terakhir, dari sisi kualitas maupun kuantitas. Dirinya mengajak musisi, industri musik, orang tua, dan pemerintah untuk menyediakan dan mengajak anak Indonesia menyanyikan lagu yang dapat membangun karakter dan kepribadian anak Indonesia.

“Anak-anak adalah masa depan bangsa kita, jadi selayaknya kita memiliki banyak lagu tentang cinta tanah air, persahabatan, cinta kasih, toleransi, dan empati,” kata Esty tentang pesan yang ingin disampaikan lewat tema yang ia pilih.

Esty Sulistya (baju biru dua dari kanan) bersama Direktur Utama RRI Ignatius Hendrasmo, Direktur Program Produksi RRI- Mistam, dan pemenang lain dari RRI.

Sementara itu, menanggapi kemenangan yang diraih Esty Sulistya dalam ABU Prizes tahun ini, Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) Ignatius Hendrasmo mengatakan kemenangan ini merupakan bukti RRI diperhitungkan di tingkat internasional dengan program yang menarik dan memikat pendengar.

“Ini bukti program dan gaya siaran RRI diperhitungkan di tingkat internasional, programnya juga menarik,” ujar Hendrasmo.

Acara ABU Prizes ini merupakan bagian dari rangkaian Sidang Umum ABU ke-61 (61st ABU General Assembly) yang digelar 18 sampai 23 Oktober 2024 di Istanbul Turki. Dibentuk tahun 1964, ABU atau Uni Penyiaran Asia Pasifik merupakan asosiasi profesional non profit dari organisasi penyiaran. Saat ini, ABU memiliki lebih dari 240 media dari 65 negara di 5 benua Asia Pasifik, mulai dari Turki, Malaysia, Selandia Baru, Australia, Jepang, India, Korea, China dan negara-negara lainnya.

Terakhir, Esty juga memberikan pesan untuk mahasiswa aktif di Komunikasi UMM. “Jadilah pembelajar seumur hidup. Manfaatkan semua kesempatan, berani mencoba hal baru, jalin koneksi, jangan takut berinovasi, jangan takut perubahan. Dunia ini penuh peluang, pastikan kita ambil bagian,” ujarnya.

Dosen Komunikasi UMM yang mengenal dekat Esty, Frida Kusumastuti berkomentar bahwa Esty memang layak meraih prestasi itu. Sejak kuliah, Esty dikenal tekun dan memiliki performa khas sebagai broadcaster profesional. "Selain suaranya bagus, seorang broadcaster harus pintar dan cerdas, dan itu ada di mbak Esty," kata Frida. (jan)

Shared: